Rabu, 15 Mei 2019

Sejarah Jam Tangan/Arloji


Jam tangan merupakan suatu perkembangan dari jam saku yang sudah ada terlebih dahulu. Konsep jam tangan sendiri sudah ada sejak abad ke-16 berupa "jam lengan" pemberian Robert Dudley kepada Ratu Elizabeth I dari Inggris. Namun, kebanyakan menganggap bahwa pencipta jam tangan pertama ialah Abraham-Louis Breguet untuk Caroline Murat, saudari Napoleon dan ratu Napoli. Pada awalnya jam tangan dikenakan oleh para wanita saja seperti gelang, namun kemudian mulai bermunculan jam tangan untuk pria menggantikan jam saku mengingat kepraktisannya untuk aktivitas misal pada tentara dan pilot.
Jam tangan yang sebelumnya merupakan jam saku dengan gelang atau strap kulit perlahan-lahan juga berubah. Semenjak Perang Dunia I, dengan perlunya jam tangan di medan perang untuk mengkoordinasikan taktik dan strategi, serta banyak pria yang terjun menjadi tentara, popularitas jam tangan di kalangan pria pun semakin naik. Mulai tahun 1923, John Harwood menciptakan jam tangan dengan automatic winding pertama, yang memudahkan pemakai sehingga tidak perlu melakukan winding pada jam secara manual terus-menerus. Pada 1957, jam elektrik pertama diproduksi dan diperkenalkan pertama kali di dunia oleh Hamilton Watch Company, sebuah produsen jam asal Lancaster, Pennsylvania, AS (sekarang sudah di bawah Swatch Group). Namun saat itu akurasi jam masih bergantung pada balance wheel/kumparan penyeimbang yang mekanismenya masih tradisional layaknya jam mekanikal umumnya, sehingga akurasinya tidak jauh berbeda dengan jam-jam yang beredar saat itu. Namun demikian, jam elektrik ini disambut meriah oleh masyarakat luas karena tidak lagi harus memutar jam (pada jam kuno, untuk mengoperasikannya diperlukan kunci putar untuk memutar jam agar tetap beroperasi). Jam akan berhenti beroperasi saat permukaan penghantar elektriknya (coil) berkarat. Hal ini menjadi pekerjaan rumah bagi Hamilton hingga mekanisme jam diperbarui tahun 1961. Di sisi lain, Bulova mengembangkan teknologi jam yang menggunakan mekanisme getaran tuning fork/garpu tala (plat berbentuk "U") untuk menjaga akurasi jam. Hal ini menggiring Bulova pada kesuksesan produknya; Accutron, yang pertama kali diperkenalkan dan di jual si tahun 1960 dan memiliki akurasi yang lebih baik. Hal ini berkaitan juga dengan proyek Bulova bersama dengan NASA untuk penunjuk waktu di dalam kendaraan antariksa pada peluncuran Mercury serta Apollo yang mendaratkan manusia pertama di bulan. Accutron juga menyelesaikan masalah penghantar elektrik dengan diperkenalkannya transistor yang membuat jam bisa beroperasi lebih lama. Hal ini tentunya menarik perhatian para produsen jam di Swiss. Bahkan, mereka merasa terancam dapat digeser oleh Bulova sebagai produsen alat penentu waktu yang paling akurat. Para produsen jam tersebut berinisiatif membiayai sebuah penelitian di sebuah laboratorium bernama Center Electronique Horloger(CEH)—sekarang Centre Suisse d'Electronique et Microtechnique (CESM). Penelitian ini berfokus untuk menciptakan jam tangan dengan quartz sebagai pengatur akurasi jam. Sebelumnya kristal quartz sudah dipakai pada jam berukuran besar namun belum pada jam tangan. Pada 1967, CEH akhirnya menciptakan prototipe jam tangan quartz yang pertama, namun kemudian Seiko-lah yang memunculkan Quartz-Astron sebagai jam tangan quartz pertama yang dijual secara komersial. Interpretasi
Masyarakat Jepang Awalnya penjualan jam tangan quartz pertama ini tidaklah mulus. Selain karena harga awalnya yang mahal, desain permukaan belakang jam yang cembung membuat pemakainya merasa tidak nyaman, sehingga jam ini akhirnya ditarik dari pasar setelah diproduksi sekitar 100 buah. Kemudian seiring dengan meningkatnya produksi jam tangan quartz, ditambah lagi dengan berbagai kelebihan quartz dibanding jam mekanikal biasa, teknologi quartz semakin dikenal dan pada 1970 dan makin banyak produsen jam di Jepang dan Amerika Serikat mengikuti langkah Seiko. Pada era seperti ini mulai muncul juga jam tangan digital diawali dengan hadirnya Hamilton Pulsar. Industri jam tangan Swiss terkesan enggan untuk mengikuti tren quartz sehingga akhirnya semakin tergerus oleh industri jam tangan quartz dan memunculkan suatu era yang disebut quartz revolution/quartz crisis. Pada akhirnya industri jam tangan Swiss kembali bangkit mulai akhir 80-an-akhir 90-an dengan munculnya Swatch serta naiknya popularitas jam mekanikal. Saat ini, meski jam tangan quartz tetap mendominasi populasi jam tangan yang beredar, geliat jam tangan mekanikal tetap terasa terutama pada segmen-segmen eksklusif. https://www.jamtangan.com/guide/sejarah-jam-tangan/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar